Booming Batu Akik dan Jebakan Bisnis Monyet (Monkey Business)
SEORANG teman grup WhatsApp memposting sebuah cerita tentang bisnis monyet (monkey business) dan booming batu akik. Intinya, bisnis batu akik yang sedang trend saat ini, harus diwaspadai sama dengan "bisnis monyet" ini: lambat-laun sepi, merugikan banyak orang, dan hanya menguntungkan segelintir orang (pemodal besar).
Ini kisahnya yang juga banyak di-share di Facebook.
Suatu hari di sebuah desa, seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp50.000 per ekor.
Padahal, monyet disana sama sekali tak ada harganya karena jumlahnya yang banyak dan kerap dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.
Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet disekitar desa pun kemudian mulai masuk hutan dan menangkapinya satu per satu.
Si orang kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp50.000. Karena penangkapan secara besar-besaran, akhirnya monyet-monyet semakin sulit dicari. Penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet.
Si orang kaya sekali lagi kembali mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp100 ribu per ekor.
Penduduk desa pun kembali bergairah untuk menangkapi monyet. Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin sedikit. Dari hari ke hari monyet makin langka, makin sulit dicari. Penduduk pun kembali beraktivitas seperti biasanya, yaitu bertani.
Karena monyet kini telah langka, harga monyet pun meroket naik hingga Rp150 ribu per ekor. Tapi tetap saja, monyet sudah sangat sulit dicari.
Sekali lagi, si orang kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia akan membeli monyet dengan harga Rp500 ribu per ekor!
Namun, karena si orang kaya harus pergi ke kota untuk urusan bisnis, asisten pribadinya akan menggantikan sementara kegiatan "bisnis monyet" ini.
Sang sisten pun berkata pada penduduk desa: "Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp350 ribu per ekor. Dan saat si orang kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke beliau dengan harga Rp500 ribu. Bagaimana?"
Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka dan membeli semua monyet yang ada di kurungan.
Namun, tragisnya, penduduk desa yang sudah membeli monyet dengan harga 350-ribu dan berharap bisa menjualnya Rp500 ribu, harus gigit jari:
Mereka tak pernah lagi melihat si orang kaya maupun si asisten di desa itu!
Selamat datang di Wall Street!!! Inilah yang dikatakan orang "Monkey Business!" JANGAN TERJEBAK oleh "Monkey Business!!!"
Seperti Pohon Anthorium!!! Juga Ikan Lohan!!! Dan semua barang yang kita beli padahal bukan peruntukannya dan tak sesuai dengan nilainya???
Hati-hati "Monkey Business" yang sekarang lagi marak adalah "DEMAM BATU AKIK"
Demikian posting yang CB baca di sebuah Grup WA. Saat Googling, sudah banyak juga blogger yang membahasnya.
Batu Akik & Jebakan Bisnis Monyet
Menurut berbagai sumber, Monkey Business adalah sebuah permainan yang diawali satu atau beberapa pihak pemodal besar yang mendesain agar suatu komoditas bernilai tertentu.
Perlahan namun pasti, komoditas tersebut bakal mempunyai nilai yang terus bertambah, kendati komoditas itu tidak memiliki manfaat yang jelas serta ilmiah. Kemudian, dengan suatu cara, para pemodal akan mendapat keuntungan karena telah menyusun skenario.
Ketika barang itu mencapai puncak booming, mereka melepas stok yang disiapkan sejak lama. Setelah itu, karena terlalu banyak suplai di pasaran dan permintaan yang tidak sebanding, perlahan harga barang tersebut otomatis turun mengikuti mekanisme pasar mencari harga yang wajar.
Bisnis batu akik yang booming "tidak rasional" saat ini, yang harganya sangat fantastis, bukan tidak mungkin terkena jebakan monkey business tersebut.
Berkaca dari Kasus Bisnis Anthurium
Laman
Tribunnews.com hari ini memuat kisah seorang pebisnis anthurium yang bangkrut, sebagai peringatan bagi para pebisnis batu akik agar waspada.
Disebutkan, nasib Iriyanti mirip dengan teman-temannya. Banyak yang bangkrut karena jatuhnya nilai jual anthurium. Bahkan, tidak sedikit mereka yang bercerai dan keluarga hancur karena cekcok rumah tangga.
Yanti pun memprediksi, tren batu akik yang saat ini booming akan bernasib sama seperti anthurium dan lou han beberapa waktu lalu. "Saya ingat dulu, cuma tiga bulan hingar bingarnya (anthurium)," cerita Yanti, pekan lalu. Binisnya mulai dari nol lagi dengan berjualan jamu keliling.
Iriyanti bercerita, gara-gara kepincut bisnis anthurium beberapa waktu lalu, rumahnya di kawasan Pasadena, Kota Semarang, terjual. Kini, ia harus mengontrak rumah untuk tempat tinggalnya. Ia tidak ingin para pebisnis akik mengalami nasib serupa dengan dirinya.
Yanti berujar, kini ia sudah tidak punya rumah lagi. Bersama keluarganya, ia mengontrak sebuah rumah di wilayah Manyaran Semarang.
Nah, itu dia kisah bisnis anthurium yang mungkin saja menimpa bisnis batu akik yang lagi booming sekarang. Bisnis Monyet adalah permainan kapitalis, pemodal besar. Yang rugi, tetap aja wong cilik. Maka, mari ngeblog saja! Bisnis Adsense sambil "sedekah ilmu". (http://contohblognih.blogspot.com/).*